Notification

×

Iklan

Iklan

Dialog HMI Cabang Bima : Menggali Hikmah Hari Raya Idul Adha

Jumat, 30 Juni 2023 | Juni 30, 2023 WIB | 0 Views Last Updated 2023-06-30T10:14:58Z


Kabupaten Bima, sinarntb.com,- Pada (29/06/2023) Himpunan Mahasiswa Islam Cabang Bima menggelar dialog dengan mengusung tema besar “ Menggali Hikmah Hari Raya Idul Adha” dan sub temanya adalah “Memaknai Idul Qurban Sebagai Sarana Persatuan dan Mendekatkan Diri Kepada Allah SWT.” Melalui via zoom.

Dialog virtual tersebut mengudang Narasumber dari Universitas Pendidikan Mandalika Mataram, Arif Sofyandi., M.K.M. Dalam pemaparannya, ia menyebutkan bahwa Id berarti kembali ke asal mula. Tempatnya disebut Ma’ad, waktunya disebut sebagai Mi’ad. Dengan demikian, suatu saat, kita pasti akan kembali kepada pencipta kita Allah SWT.

Arif mengatakan, sebagaimana dijelaskan dalam Surat Al-Qashash Ayat 85 bahwa Innalladji fardo alakal qurana la ladduka ila ma’ad. Artinya : Sesungguhnya yang mewajibkan atasmu (melaksanakan hukum-hukum) Al Quran, benar-benar akan mengembalikan kamu ke tempat kembali.

“Apakah setiap hamba yang kembali kepada Allah dengan ampunan, atau diridhoi oleh Allah SWT? Karena itu, mereka yang diridhoi akan disambut oleh Allah SWT dengan kalimat di QS. Al-Fajr : 30 yang menyebutkan, Wahai jiwa-jiwa yang tenang, kembalilah kepada Tuhanmu dengan hati yang ridho dan diridhoinya. Maka masuklah kedalam golongan hamba-hambaku dan masuklah kedalam surgaku.” bebernya.

Kata dia, jauh sebelum itu Allah menginginkan setiap hamba yang berpulang akan dekat dan mendapatkan ampunan dari Allah SWT. Artinya, dekat atau kedekatan yang berlebih disebut dengan quruba, qoruba atau qurban. Idul qurban. Hakikatnya memberikan latihan dan momentum untuk kita dalam membangun kedekatan dengan Allah SWT.

“Tentu tidak hanya datang menjalankan sholat dua rokaat dan mendengarkan khutbah tetapi pesan yang lebih penting adalah saat tiba waktu untuk pulang, keadaan kita semakin lebih dekat dengan Allah SWT,” paparnya.

Akademisi UNDIKMA itu menegaskan bahwa untuk mendapatkan hakikat idul adha yang berkualitas adalah dengan tiga jalan ialah ke Baitullah melaksanakan haji. Hakikat haji adalah arofah. Kata Nabi Muhammad, Al Hajju Arofah atau puncak haji adalah arofah. Karena itu, dalam pelaksanaan ibadah haji bukan sekedar datang, duduk dan mengikuti ritual semata, tetapi disebut dengan istilah wuquf yang artinya adalah berkontemplasi, mengenal, mengoreksi apa penyebab hamba jauh dari Allah.

“Kenapa kita tidak sholat, tidak mengaji, berbuat baik kepada kedua orang tua, kepada sesama dan lainnya. Karena itu, ketika para jamaah haji di depan Ka’bah mereka merasa dekat dengan allah dan ketika wuquf mereka menangis sangat dalam dan mendapatkan kedekatan yang lebih dengan Allah SWT.” tutur Arif.

Ia menjelaskan, tetapi ketika semua itu belum mampu mendekatkan dirinya dengan allah, maka dengan cara apalagi agar kita dapat dekat dengan Allah. Karena itu, esensi haji adalah arofah, puncaknya adalah membina kedekatan dengan Allah. Hari ke 9 mereka wukuf dan menemukan penyebab utama mereka jauh dengan Allah ialah nafsu.

“Setelah hari kesepuluh mereka sadar penyebab jauh dari allah kemudian ke musdalifah untuk berdzikir kemudian ke jamarat untuk (Lempar jumrah menyebut bismillahi allahu akbar) kemudian menghadap ke arah kiblat dan berdzikir inni wajjahtu, Artinya: "Allah Maha Besar. Kuhadapkan wajah hatiku kepada Zat yang menciptakan langit dan bumi dengan mengakui kebenaran dan dalam keadaan menyerahkan diri kepada-Nya dan aku bukanlah termasuk dari golongan orang-orang yang musrik.” terangnya.

Ia melanjutkan, kesempatan kedua, berbeda caranya tapi sama esensinya ialah ibadah qurban. Jika yang di mekkah menggunakan pakaian ihram, kain kafan. Artinya mereke berkomitmen meninggalkan yang haram dan menjauhi yang dilarang. Seperti jangan potong kuku, rambut dan lainnya. Ia menjelaskan, kata Nabi, "Barangsiapa yang punya hewan sembelihan, jika sudah nampak hilal Dzulhijjah, maka jangan mengambil rambutnya sedikit pun. Juga jangan mengambil sedikitpun dari kukunya, sampai ia berqurban" (HR. Muslim no. 1977).

“Dan saat menyembelih hewan qurban, mengucapkan, bismillahi allahu akbar. HR. Ibn Majah, setelah sembelih hewan qurban kemudian menghadap kiblat dan membaca inni wajahtu wajhiya, dan saat darah hewan kurban keluar, saat itulah kita semua mengurbankan sifat hewani kita, ialah nafsu” bebernya.

Ia mengutip, Qs. Al-Qur'an Surat Al-Hajj Ayat 37 bahwa daging (hewan kurban) dan darahnya itu sekali-kali tidak akan sampai kepada Allah, tetapi yang sampai kepada-Nya adalah ketakwaan kamu. Demikianlah Dia menundukkannya untukmu agar kamu mengagungkan Allah atas petunjuk yang Dia berikan kepadamu. Dan sampaikanlah kabar gembira kepada orang-orang yang berbuat baik.

“Bagi yang tidak berhaji dan berqurban, Allah membuka peluang ke tiga, ialah melaksanakan Puasa Arafah pada salah satu hari tersebut sangatlah disenangi oleh Allah SWT. Ia mengutip hadist dari Ibnu Umar RA, Nabi SAW bersabda: "Tidak ada hari-hari yang lebih agung di sisi Allah dan amal shalih di dalamnya lebih dicintai oleh-Nya daripada hari yang sepuluh (sepuluh hari pertama dari Dzulhijjah)," (HR Ahmad).

Ia menuturkan, hadist lain menyebutkan "Rasulullah SAW ditanya keutamaan Puasa Arafah, Nabi menjawab, "Puasa Arafah menghapus dosa setahun yang lalu dan setahun yang akan datang, (HR. Muslim).

“Dengan demikian, ketiga amalan tersebut sama saja Allah menyebutkan akan meraih predikat taqwa. Yang berhaji dijelaskan dalam Qs. 2 Al-baqorah ayat 197, yang berqurban dijelaskan dalam Qs.22, Al-Hajj ayat 37 dan ayat puasa dijelaskan dalam Qs. 2 Al-baqorah ayat 183. Kesemuanya meraih gelar taqwa,” tegasnya.

Dialog tersebut dimoderatori oleh Safira Anggini dan diikuti oleh kader HMI Cabang Bima dan oleh kader HMI di Badko Bali dan Nusa Tenggara(*)

Penulis : Nanang Sofian Putra
Editor    : Ahmadiansyah 
×
Berita Terbaru Update