Notification

×

Iklan

Iklan

Belajar dari Seorang Profesor

Rabu, 24 Agustus 2022 | Agustus 24, 2022 WIB | 0 Views Last Updated 2022-08-25T01:35:42Z


Mataram, SinarNTB.Com - Tiga tahun silam, saya mengenyam pendidikan di Universitas Diponegoro. Salah satu kampus terbaik di Indonesia. Setiap tahun, ia berada di posisi 3/4/5 seluruh kampus di Indonesia. Saling bergantian dengan kampus-kampus besar lainnya. Tapi kalau urusan penulisan karya ilmiah, saya membaca di salah satu lembaga predikat penulisan ilmiah tahun lalu, UNDIP meraih predikat I terbaik. Menyalip UI, UGM dan IPB serta perguruan tinggi lainnya.

UNDIP berada di Kota Semarang. Kota yang dikenal dengan Kota Atlas yang memiliki banyak sekali bukti peningggalan sejarah. Salah satunya, yang terkenal adalah Lawung Sewu. Gedung bersejarah milik PT. Kereta Api Indonesia sebagai kantor pusat kereta api swasta Nederlandsh Indisce Spoorwegh Maastchhappij (NISM) beroperasi sekitar pada tahun 1907.

Setelah saya dinyatakan lulus di Kampus tersebut, bersaing dengan berbagai pendaftar dari penjuru negeri. Saya masuk kuliah dan bertemu dengan seorang dosen yang pakaiannya sangat sederhana dan berkesan. Tetapi pikirannya, wah, jangan ditanya deh. Khazanah keilmuanya sangat beragam, namun identitas pemikirannya lebih kepada paradigma filsafat barat.

Karena itu, tak jarang di ruangan sering berdebat dengan saya. Hampir setiap pertemuan terjadi perbedaan pendapat yang sangat sengit. Pendapat saya selalu saja dibantah dengan pemikiran barat dan pendapatnya selalu saja saya bantah dengan pemikiran Islam.

Perbedaan pendapat seperti ini, lumrah terjadi di dunia akademik. Tetapi sebagai muridnya saya selalu kalah. Walaupun dibeberapa kesempatan teman-teman yang lain berpendapat "Pertanyaan mu belum terjawab Rif,". Beliau sudah masuk ke pembahasan lainnya.

Saya sebagai seorang murid langsung manut (Iya) bahasa jawanya. Walaupun sering berbeda pendapat, menurut saya beliau memberikan nilai yang sangat objektif. Dan saya diberikan nilai A oleh beliau pada mata kuliah Metodelogi Penelitian dan Filsafat ilmu.

Beliau sangat sederhana, namun riwayat pendidikannya sangat prestisius sekali. Beliau SI di Indonesia, S2 dan S3 nya di Amerika Serikat. Bahkan menjadi tenaga ahli di beberapa negara.

Pada kesempatan yang lain, saat itu, saya melihat beliau berjalan ke arah kampus UNDIP dengan berjalan kaki. Jarak tempuh yang lumayan jauh dari rumahnya. Memang sudah biasa, beliau berjalan kaki untuk mengajar. Padahal memiliki rumah mewah, mobil banyak dan punya apartemen, tetapi beliau ke Kampus dengan berjalan kaki.

Pelajaran yang sangat berharga. Bukan di ruangan tetapi teringat sangat kuat dalam pikiran. Sosok sederhana tetapi memberikan pelajaran yang sangat berarti untuk mengarungi kehidupan yang dititi. Tidak sekedar itu, ada pelajaran besar lain dibaliknya.

Nah, kalau saya jangan ditanya, pasti selalu kalah.

"Kalau beliau mengajar ke Kampus dengan jalan kaki, saya masih menggunakan sepeda untuk mengajar ke Kampus." Dan menariknya, sepeda itupun milik orang. Hehe.

Eh, Rif. Namanya juga murid, mesti selalu kalah sama gurunya. Hehe. Siaap.(*)


Penulis : Arif Sofyandi

(Dosen Universitas Pendidikan Mandalika)
×
Berita Terbaru Update