Mataram, SinarNTB.Com - Dalam lintasan sejarah bangsa indonesia, mahasiswa kerap kali diakui sebagai kelompok yang mampu merubah dinamika politik suatu bangsa. Salah satunya gerakan mahasiwa indonesia begitu familar dengan keberhasilan dan perubahan dicapai seperti angkatan 1996.
Mahasiswa bergerak karena tidak mampu menahan dengan carut marutnya pengelolaan bangsa sehingga melahirkan gerakan besar dengan tiga tuntutan. Pertama, pembubaran PKI beserta ormas-ormasnya. Perombakan kabinet dwikora dan terakhir turunkan harga pangan.
Diketahui, gerakan 1996 memakan korban jiwa, seorang mahasiswa bernama Arif Rahman Hakim tewas tertembak. Puncak dari keberhasilan gerakan tersebut dengan meruntuhkan rezim Orde Lama.
Persitiwa kedua ialah dengan gerakan 1974 dikenal dengan tragedi Malari (Malapetaka Lima Belas Januari) yang menentang kebijakan modal asing yang tidak berpihak pada rakyat. Peristiwa Malari menelan belasan korban, tercatat, sedikitnya 11 orang meninggal, 300 luka-luka, dan 775 orang ditahan.
Selain itu, gerakan yang begitu familiar dengan keberhasilan mahasiswa adalah gerakan 1998. Garakan ini muncul sebagai bentuk perlawanan mahasiswa terhadap rezim otoriter. Agenda reformasi yang menjadi tuntutan para mahasiswa mencakup beberapa hal, seperti mengadili Soeharto dan kroni-kroninya. Melaksanakan amendemen Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, menghapus dwifungsi Angkatan Bersenjata Republik Indonesia, melaksanakan otonomi daerah seluas-luasnya.
Puncak dari gerakan tersebut berhasil meruntuhkan rezim Soeharto sehingga menandakan Era Reformasi. Pahlawan reformasi yang gugur di peristiwa 1998, Elang Mulia Lesmana, Heri Hertanto, Hafidin Royan, dan Hendriawan Sie.
Oleh karena demikian, peristiwa-peristiwa tersebut mengingatkan bahwa mahasiswa sebagai people's super hero "super heronya masyarakat," dan Edwar Said menyebutnya sebagai kelompok yang berani mengatakan kebenaran kepada penguasa. Kelompok semacam ini hadir atas dasar paggilan hati nurani demi meninggikan harkat dan martabat rakyat yang ditindas.
Seiring dengan perkembangan zaman, gerakan mahasiswa kian menurun. Mati tak mau hidup pun tak mau. Mahasiswa turun kejalan pun terlihat saat hari momentum saja, seperti memperingati hari pendidikan, hari tani, hari buruh dan lainnya.
Ironinya, mahasiswa yang berani mengatakan kebenaran kepada penguasa semakin tak terlihat, dahulu, mahasiswa eksis dengan ide-ide baru dan gerakan perlawanan di jalan, tetapi sekarang mahasiswa lebih eksis memasang foto, pamfletan seperti pejabat publik, dulu mahasiswa terkenal dengan kegigihan keberanian mengkritik penguasa. Sekarang mahasiswa terkenal dan bangga foto bersama penguasa. Hari ini, mahasiswa lebih takut tidak mendapatkan jatah amplop. Lebih takutnya lagi tidak mendapatkan jatah pekerjaan. Ini mahasiswa atau siswa penguasa?
Tetapi, kita tentu meyakini bahwa mahasiswa akan tetap ada dan berlipat ganda hadir dengan gerakan gerakan idealis dan independen. Mereka elemen penyambung suara rakyat yang lama tidur, sebagai kelompok yang betul-betul cinta tanah air. Kelompok yang berani mengatakan kebenaran kepada penguasa.
Karena itu, bangkitlah gerakan mahasiswa. Mahasiswa harus kembali pada kemurnian bahwa tugas dan fungsinya sebagai moral force, pengontrol, perubah peradaban. Mahasiswa yang haus dengan kibaran keadilan, kibaran kemanusiaan. Mengutip peryataan Bung Karno, "Apabila di dalam diri seseorang masih ada rasa malu dan takut untuk berbuat suatu kebaikan, maka jaminan bagi orang tersebut adalah tidak akan bertemunya ia dengan kemajuan selangkah pun,".
Barang tentu, momentum 17 Agustus, kita harus jadikan sebagai api penyemangat perjuangan bahwa masih banyak tuntutan kemerdekaan yang belum dinikmati masyarakat Indonesia. Bung Hatta, Wakil Presiden pertama Indonesia, menyebutkan generasi jangan mewarisi abunya sejarah kemerdekaan tapi kita mewarisi apinya sejarah kemerdekan, biarlah pengalaman masa lalu kita menjadi tonggak petunjuk dan bukan tonggak yang membelenggu kita. Artinya momen kemerdekaan kita jadikan sebagai power menegakan keadilan.
Penulis : Muhammad Arif
(Demisioner Ketua Umum, HMI-MPO Cabang Mataram)